KemaharajaanSriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing.Dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang.Bahwa beliau berangkat dalam perjalanan suci siddhayatra untuk "mengalap berkah",Template:Efn dan memimpin 20.000 tentara dan 312 orang di kapal dengan 1.312 prajurit berjalan kaki dari Minanga Tamwan menuju Jambi dan Kerajaan Sriwijaya sempat menjadi salah satu yang terbesar di Nusantara. Tepatnya berdiri pada sekitar abad ke-7 Masehi di tepian Sungai Musi, di daerah Palembang, Sumatera Selatan. Rachman Haryanto/detikcom Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang diterbitkan dalam bentuk buku pengayaan berjudul Rumah Peradaban Sriwijaya di Muarajambi Persinggahan Terakhir, Kerajaan Sriwijaya lahir pada abad ke-7 Masehi. Pendirinya disebut bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Gunawan Kartapranata/Wikipedia Keterangan ini tertulis pada salah satu prasasti yang ditemukan di Kota Kapur, Mendo Barat, Bangka. Prasasti yang disebut Prasasti Kota Kapur ini menyatakan institusi kekuasaan tersebut bernama Kadatuan Sriwijaya. Darwance Law/d'Traveler Kadatuan Sriwijaya diduga kuat berpusat di tepian Sungai Musi, di daerah Palembang, Sumatera Selatan. Alasannya, enam dari 12 prasastinya, bahkan yang tertua, ditemukan di daerah Palembang, yaitu Prasasti Kedukan Bukit 682 Masehi, Talang Tuo 684 Masehi, serta prasasti Telaga Batu, Boom Baru, Kambang Unglen 1, dan Kambang Unglen 2. Rachman Haryanto/detikcom Arkeolog Prancis George Coedes menyebut pada tahun 683-686 nama Sriwijaya muncul dalam tiga prasasti berbahasa Melayu Kuno. Prasasti Kedukan Bukit, Karang Brahi di daerah pedalaman Jambi, dan Kota Kapur. Rachman Haryanto/detikcom Kerajaan Sriwijaya menguasai maritim dan perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Nia Kurnia Sholihat Irfan dalam bukunya Kerajaan Sriwijaya Pusat Pemerintahan dan Perkembangannya menyebut sumber-sumber China mencatat kapal Sriwijaya memiliki panjang sampai 60 meter dan mampu memuat penumpang sampai 1000 orang. Wikipedia Commons/Michael J. Lowe Raja Balaputradewa dianggap sebagai raja yang membawa Sriwijaya ke puncak kegemilangannya pada abad ke-8 dan 9. Namun pada dasarnya, kerajaan ini mengalami masa kekuasaan yang gemilang sampai ke generasi Sri Marawijaya. Rachman Haryanto/detikcom Namun masa jaya Sriwijaya mulai meredup dimulai pada awal abad ke-11 Masehi. Penyebabnya karena adanya serangan dari Kerajaan Cola di India Selatan yang ingin mengambil alih kendali perdagangan di Selat Malaka. Ady Candra/d'Traveler Prasasti Rajaraja I yang memiliki tahun 1030/31 Masehi dari Tanjore menceritakan kisah tentang penaklukan Cola atas Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan lain di sekitar Selat Malaka. Saat itu pemimpin Sriwijaya Sangramawijayottungawarman ditawan. Nama Kerajaan Sriwijaya perlahan tak terdengar lagi. Grandyos Zafna/detikcom Sementara itu sejarah Indonesia mencatat salah satu penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya adalah berkurangnya kapal dagang yang singgah. Semakin sedikitnya kapal dagang yang singgah berakibat pada aktivitas jual-beli dan perdagangan samakin berkurang. Karenanya, pendapatan Kerajaan Sriwijaya dari pajak kapal juga makin menurun dan membuatnya bangkrut. Gusmun/detikcom Jejak Kerajaan Sriwijaya masih ada hingga kini. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terbaru ditemukan oleh nelayan Sungai Musi, Palembang, Sumatra. Dok. musinTreasure galery Temuan para nelayan ini luar biasa, karena berisi harta karun. Raja Adil Siregar/detikcom Selain itu ada juga patung Buddha abad ke-8 berukuran besar bertatahkan permata berharga. Raja Adil Siregar/detikcom Dr Sean Kingsley, seorang arkeolog maritim Inggris, dikutip dari The Guardian, menggambarkan harta karun itu sebagai bukti definitif bahwa Sriwijaya adalah "dunia air" karena orang-orangnya tinggal di sungai seperti manusia perahu modern, seperti yang dicatat oleh teks-teks zaman kuno. Dok. Detikcom A penemuane berita dari Cina yang menyebutkan nama kerajaan di daerah Kutai B. adanya penyebutan nama Kutai dalam prasasti Yupa C. ditemukannya naskah tertulis yang ditemukan di sekitaran sungai mahakam D. nama Kutai dicetuskan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti dimana ia merupakan keturunan langsung dari raja Kutai terdahulu E. nama "Kutai Bagi kalian yang sedang berada di Jambi dan berminat untuk melakukan wisata sejarah, terdapat sebuah prasasti yang berlokasi Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi bernama Prasasti Karang Berahi. Secara astronomis prasasti ini berada pada koordinat 02º03’ LS dan 102º28’ BT. Sumber Gambar Untuk mecapai lokasi prasasti ini tidaklah sulit karena di jalan raya terdapat papan petunjuk yang akan cukup jelas mengarahkan menuju Kabupaten Merangin hingga sampai di persimpangan jalan yang di bawahnya mengalir Sungai Batang Merangin. Di persimpangan tersebut perjalanan akan dilanjutkan menuju lorong kecil yang tidak jauh dari Masjid Al-Muttaqin. Perjalanan menuju lokasi prasasti akan melewati jalan setapak dan jembatan gantung di atas Sungai Batang Merangin. Jembatan ini beralas kayu dan akan sedikit menguji adrenali karena jembatan ini tidak memiliki pegangan dan akan bergoyang seriring dengan langkah orang-orang yang melewatinnya. Di ujung jembatan akan ada papan penunjuk ke arah kiri bertuliskan “Batu Bertulis”. Meskipun dikelilingin oleh rumah-rumah warga, keadaan dari Situs Prasasti Karang Berahi cukup terawat. Situs ini juga dilengkapi dengan terjemahan isi prasasti dalam Bahasa Indonesia yang merupakan hasil karya dari sejumlah mahasiswa yang dulu pernah melakukan KKN di desa tersebut. Sumber Gambar Prasasti Karang Berahi merupakan prasasti yang berasal dari zaman Kerajaan Sriwijaya. Sesuai dengan namanya, prasasti ini ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir Berkhout di Kampung Berahi, Batang Merangin. Prasasti Karang Berahi tidak memiliki tahun tertulis, namun dari identifikasi aksara yang digunakan Huruf Pallawa dengan Bahasa Melayu Kuno para peneliti memprediksi bahwa prasasti ini dibuat sekitar tahun 680-an yakni sekitar akhir abad ke-7 Masehi. Prasasti Karang Berahi terbuat dari batu yang berukuran sekitar 90x90x10 cm. Kondisi dari prasasti ini tidak sepenuhnya utuh karena bagian bawahnya telah patah dan membuat bentuknya menjadi seperti separuh telur. Sumber Gambar Prasasti ini menceritakan tentang sumpah dan kutukan bagi orang jahat yang berani melawan kedaulatan Raja Sriwijaya dan memilih tunduk kepada orang-orang yang berbuat jahat. Dalam prasasti ini diceritakan juga balasan yang akan diterima bagi para penentang raja. Serta, bagi setiap orang yang takhluk dan setia kepada raja akan diberikan berkat kesehatan, kesejahteraan, dan bebas dari bencana di seluruh negeri. Sumpah dan kutukan dari prasasti ini ditujukan kepada musuh di dalam negeri. Namun karena tidak dapat dipastikan secara jelas luas wilayah kekuasaan dari Kerajaan Sriwijaya, musuh dalam negeri yang dimaksud menjadi sulit untuk dijelaskan secara lebih lanjut. Diperkirakan pembuatan prasasti ini berkaitan dengan pengibaran bendera Sriwijaya atas suatu daerah kekuasaan baru Sriwijaya dikarenakan isi kutukan dari prasasti Karang Brahi mirip dengan yang tertulis di Prasati Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu yang ditemukan di Bangka dan di Palembang. Penaklukan Jambi oleh Sriwijaya sendiri telah terbukti dari pernyataan I-tsing tahun 685 Masehi saat pulang dari India dan mengatakan bahwa Jambi Kerajaan Melayu sudah menjadi bagian dari Sriwijaya. Sumber Gambar Prasasti Karang Berahi adalah satu-satunya prasasti yang di temukan di daerah Jambi. Jambi sendiri merupakan salah satu lokasi strategis yang penting bagi Sriwijaya untuk menguasai jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka. Penaklukkan wilayah Jambi menjadi sangat penting bagi Kerajaan Sriwijaya untuk mencapai tujuannya menjadi kerajaan yang berkuasa di lautan. Menurut penuturan masyarakat sekitar, dahulu Kerajaan Sriwijaya hanya mampu bertahan sampai Merangin dan gagal memasuki Kerinci kerena kalah perang setelah sebelumnya harus berjuang melawan ganasnya binatang buas di hutan Kerinci. Di dekat lokasi prasasti kira-kira sekitar 400 meter terdapat sebuah danau yang juga bisa dikunjungi. Danau ini bernama Dam Tamalan. Dam Tamalam memang tidak terlalu dalam, hanya saja permukaan airnya yang tenang menjadikannya seperti cermin raksasa yang membentuk bayangan dari pepohonan yang berada tepat di atasnya. Papan sejarah yang terletak di sana menuturkan bahwa Tamalam berasal dari Bahasa Melayu yang berarti bermalam’. Di zaman dahulu, masyarakat desa sering menggunakan tepian danau ini sebagai tempat bermalam jika bepergian ke tempat lain, dan dari situlah nama terebut berasal.
Tertulisdalam Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, dan Prasasti Kota Kapur bahwa sang raja menaklukkan Kerajaan Melayu dan juga Tarumanegara pada masa pemerintahannya. Indravarman (702 M) Raja kedua Kerajaan Sriwijaya adalah Indravarman yang mana ia sempat mengirim utusan ke Tiongkok, tepatnya pada tahun 702-716, dan 724 Masehi.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID a-WRakZg33Db8W1bB-_p4mU-9xvZTNCtAS4TtphRLuKUBWyKuCSufw==
KemaharajaanSriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang.Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka
Ragam peninggalan Kerajaan Sriwijaya masih bisa kita nikmati sampai detik ini. Seperti kita tahu, ketika masih bernama Nusantara, Indonesia memiliki banyak sekali kerajaan, dan Kerajaan Sriwijaya jadi salah satu yang terbesar. Kebesaran itu pun bisa kita ketahui lewat beragam peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Ada banyak sekali bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang tersisa yang menjadi saksi bisu, sejarah panjang Indonesia. Salah satunya adalah candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya seperti, Candi Muara Takus dan Candi Buaro Bahal III. Ada juga prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang beberapa di antaranya, disebut memiliki kutukan. Sejarah Kerajaan Sriwijaya Berbagai bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya menjadi indikasi betapa besarnya kerajaan Hindu ini, pada masanya. Kerajaan maritim yang beribu kota di dekat kota Palembang ini membawa pengaruh yang besar hingga seantero kawasan Asia Tenggara. Tak heran jika peninggalan Kerajaan Sriwijaya bisa kita temukan di berbagai tempat di Asia Tenggara. Diyakini daerah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Singapura, Semenanjung Malaka, Thailand, Kamboja, Vietnam Selatan, Kalimantan, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Salah satu prasasti Kerajaan Sriwijaya yang cukup menggambarkan sejarah kerajaan tersebut adalah Prasasti Kedukan Bukit. Marieke Bloembergen Martijn Eickhoff dalam bukunya berjudul The Politics of Heritage in Indonesia A Cultural History menyebutkan bahwa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya itu ditemukan oleh seorang Belanda bernama Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Sebagai kerajaan dengan wilayah yang cukup luas, namun candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya tidak begitu banyak ditemukan di luar Sumatra. Berbagai sumber sejarah menyebutkan ada tiga candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya. 1. Candi Muaro Jambi Candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang pertama adalah Candi Muaro Jambi. Kompleks candi Hindu-Budha ini disebut sebagai candi terluas di Asia Tenggara. Luas Candi Muaro Jambi disebut mencapai hektar, dan berlokasi di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. Para arkeolog meyakini Candi Muaro Jambi didirikan antara abad 7 hingga abad 12 Masehi. Crooke, seorang letnan berkebangsaan Inggris diyakini sebagai orang yang pertama kali melaporkan adanya candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini. Lebih tepatnya pada tahun 1824, ketika sang letnan sedang memetakan daerah aliran sungai di sekitar lokasi Candi Muaro Jambi. Lebih dari seratus tahun kemudian, tepatnya pada 1975, pemerintah Indonesia mulai bergerak melakukan pemugaran. Pemugaran Candi Muaro Jambi dipimpin oleh arkeolog Indonesia bernama Soekmono. Di dalam kompleks Candi Muaro Jambi, terdapat kurang lebih sembilan candi yaitu Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung Tinggi, Telugu Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Sebagai candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya terluas, Candi Muaro Jambi memiliki keunikan yaitu dengan hadirnya beragam ornamen dari berbagai budaya. Diyakini Candi Muaro Jambi jadi titik temu kebudayaan Persia, Cina hingga India. 2. Candi Muara Takus Candi Muara Takus merupakan candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berlokasi di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Candi peninggalan Di dalam kompleks Candi Muara Takus terdapat beberapa bangunan candi yaitu Candi Sulung, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka. Mengutip dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, nama Candi Muara Takus diambil dari anak sungai Takus yang bermuara ke Sungai Kampar Kanan. Namun ada juga yang meyakini bahwa nama Takus diambil dari bahasa Cina yaitu Ta, Ku dan Se. Dalam bahasa Cina, Ta artinya besar, Ku yang berarti tua dan Se yang memiliki arti candi. Dari teori ini jika kata-kata tersebut digabungkan maka memiliki arti candi tua berukuran besar. 3. Candi Biaro Bahal Candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berikutnya adalah Candi Biaro Bahal, atau juga kerap disebut Candi Bahal atau Candi Portibi. Terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Candi Bahal merupakan kompleks candi terluas di Sumatra Utara, seperti dilansir dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dalam kompleks candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini terdapat Candi Bahal I, Candai Bahal II dan Candi Bahal III. Menariknya, tidak diketahui secara pasti apakah candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini merupakan candi Hindu atau Buddha. Jika melihat bentuk atap Candi Bahal I, terlihat nuansa candi Buddha, namun dari ragam arcanya malah kuat akan nuansa Hindu. Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Tak hanya candi, bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya juga ada yang berupa prasasti. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya pun terbilang cukup banyak, dan cukup banyak memberi informasi terkait Kerajaan Sriwijaya itu sendiri. 1. Prasasti Talang Tuo Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang pertama adalah Prasasti Talang Tuwo atau Talang Tuo. Berbagai sumber menyebutkan bahwa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan pada 17 November 1920 oleh Louis Constant Westenenk. Pada prasasti Talang Tuo tertulis angka yang menunjukkan tahun 606 saka atau 23 Maret 684 Masehi. Itu artinya prasasti ini berasal dari era Sri Jayanasa. 2. Prasasti Kedukan Bukit Di atas telah dijelaskan sekilas apa itu Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan oleh Batenburg pada 1920 di Kampung Kedukan Bukit, di tepi Sungai Tatang. Bentuk prasasti Kedukan Bukit berukuran kecil dan terdapat tulisan dengan aksara Pallawa, dengan bahasa Melayu Kuno. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berkisah tentang awal mula berdirinya Kerajaan Sriwijaya. 3. Prasasti Telaga Batu Ada dua Prasasti Telaga Batu, dan keduanya ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru, Kota Palembang, Sumatra Selatan pada 1935. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini dipahat di batu andesit dengan ukuran tinggi 118 sentimeter dan lebar 148 sentimeter. Ada kisah menarik dari prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang satu ini. Prasasti Telaga Batu disebut sebagai prasasti yang isi tulisannya adalah kutukan. Lebih detail, kutukan tersebut ditujukan untuk siapa saja yang hendak berbuat jahat kepada Kerajaan Sriwijaya. Seorang filologi berkebangsaan Belanda, Johannes Gijsbertus de Casparis beranggapan bahwa orang-orang yang tertulis pada Prasasti Telaga Batu dianggap berbahaya bagi Kerajaan Sriwijaya. 4. Prasasti Karang Berahi Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan oleh Berkhout di Batang Merangin, tepatnya di Desa Karang Berahi, Jambi. Diyakini prasasti Karang Berahi berasal dari abad 7 Masehi. Serupa dengan Prasasti Telaga Batu dan Prasasti Kota Kapur, Prasasti Karang Berahi juga berisi kutukan. Kutukan ditujukan kepada orang-orang yang hendak berbuat jahat dan tidak patuh terhadap pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. 5. Prasasti Kota Kapur Memiliki bentuk tiang dengan tinggi 177 sentimeter dan lebar 32 sentimeter, Prasasti Kota Kapur disebut sebagai dokumen berbentuk tulisan tertua yang menggunakan bahasa Melayu. Prasasti Kota Kapur ditemukan oleh van der Meulen pada 1892, di Pulau Bangka. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini kemudian dianalisis oleh ahli epigrafi asal Belanda bernama H. Kem. Seperti disebutkan sebelumnya, Prasasti Kota Kapur juga berisi kutukan, serupa dengan dua prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya, yaitu Prasasti Telaga Batu dan Prasasti Karang Berahi. 6. Prasasti Ligor Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di wilayah Thailand Selatan, tepatnya di Ligor, atau sekarang dikenal dengan Nakhon Si Thammarat. Terdapat dua Prasasti Ligor, yang kemudian dinamai Prasasti Ligor A dan Prasasti Ligor B. Naskah dalam Prasasti Ligor A berisikan tentang raja Sriwijaya. Lebih lanjut, prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berkisah tentang raja Sriwijaya yang dianggap raja dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajakara. Sementara itu, Prasasti Ligor B mengisahkan tentang raja bernama Visnu yang bergelar Sri Maharaja. Disebutkan Visnu berasal dari Dinasti Sailendra. 7. Prasasti Leiden Prasasti Leiden berisi tulisan berbahasa Sanskerta dan Bahasa Tamil. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini tersimpan di Leiden, Belanda. Prasasti Leiden mengisahkan tentang hubungan Dinasti Chola dari Tamil dan Dinasti Sailendra dari Sriwijaya yang berjalan baik. 8. Prasasti Palas Pasemah Ditemukan di Desa Palas Pasemah, Lampung, prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditulis dalam Bahasa Melayu Kuno dengan Aksara Pallawa. Prasasti yang terbuat dari batu ini menceritakan tentang kutukan kepada mereka yang tidak mematuhi peraturan di Kerajaan Sriwijaya. 9. Prasasti Hujung Langit Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah Prasasti Hujung Langit. Prasasti ini ditemukan di desa Hakha Kuning, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat. Sama seperti Prasasti Palas Pasemah, Prasasti Hujung Langit juga menggunakan Bahasa Melayu Kuno yang ditulis dalam Aksara Pallawa.

Itupas dengan apa yang tertulis dalam Prasasti Kedukan Bukit. Pada 683, Sri Dapunta Hyang mengadakan pawai kemenangan (jayasiddhayatra) atas penaklukan Melayu. Dalam tulisannya, Yi Jing menggunakan dua istilah berbeda untuk menyebut Sriwijaya: Fo-shi dan Shili Foshi secara bergantian.

feryfery358 feryfery358 Sejarah Sekolah Menengah Pertama terjawab • terverifikasi oleh ahli Iklan Iklan Michaelsj Michaelsj Prasasti kota kapurKlo salah saya minta maaf ya salah bukan kota kapur jawabannya Berita tentang penaklukan Jambi dan Sriwijaya Tertulis dalam Prasasti … makasii game burik dimainin yuk Iklan Iklan Pertanyaan baru di Sejarah Keistimewaan pulau pinang terhadap british Apakah perkara yang boleh kita lakukan agar warisan sumber primer tidak dilupakan? Banyak orang yang keluar dari kepemimoinan abu bakar penyebabnya antara lain nilai sin 180°+a sama dengan nilai​...a. -sin ab. -cos ac. sin-ad. sin ae. cos a 47. Sebutkan beberapa kebijakan yang dilakukan Shalahudin Al Ayybi dalam membangun pemerintahan! ​ Sebelumnya Berikutnya Iklan
Penemuanprasasti ini ada di Desa Karang Berahi, Jambi. Isinya hampir sama dengan prasasti Kota Kapur, hanya berbeda kalimat terakhir mengenai penaklukan Bhumi Jawa. Pada prasasti ini hanya terdapat kutukan mengenai yang tidak tunduk dan patuh, serta memiliki niat jahat pada Sriwijaya. Baca juga: 9 Peninggalan Kerajaan Kutai - Sampai saat ini, tiga prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya telah ditemukan di Palembang. Salah satunya adalah prasasti Kedukan Bukit, yang oleh para ahli dianggap mengandung kunci pemecahan masalah lokasi ibu kota Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pertama kali oleh orang Belanda bernama Batenburg pada 29 November 1920 di Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang, anak Sungai tergolong kecil, yakni berupa batu berukuran 45 × 80 cm. Prasasti ini berangka tahun 604 Saka 682 M, ditulis menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Kemudian pada 1924, prasasti ini ditranskripsikan dan diterjemahkan oleh Philippus Samuel van Ronkel, seorang ahli Bahasa Melayu juga Peninggalan Sejarah Kerajaan Sriwijaya Isi Prasasti Kedukan Bukit terdiri dari sepuluh baris, yang berbunyi sebagai berikut svasti sri sakavastitta 605 ekadasi sukla-paksa vulan vaisakha dapunta hiyam nayik disamvau mangalap siddhayatra di saptami suklapaksavulan jyestha dapunta hiyam marlapas dari minanatamvan mamava yam vala dua laksa dangan kosaduaratus cara di samvau danan jalan sarivutluratus sapulu dua vañakña datam di mata jap mukha upamsukhacitta di pañcami suklapaksa vulan... asadhalaghu mudita datam marvuat vanua ...srivijaya jaya siddhayatra subhiksa nityakala! Baca juga Perkembangan dan Kemunduran Kerajaan Sriwijaya Terjemahan dalam Bahasa Indonesia Selamat! Tahun Saka telah lewat 605, pada hari ke sebelas paro-terang bulan Waisakha Dapunta Hiyang naik di sampan mengambil siddhayatra.

Mengetahuikebudayaan dari kerajaan Bali 4. Mengetahui kebudayaan dari kerajaan di luar Jawa BAB II PEMBAHASAN 2 f A. Hasil Kebudayaan Kerajaan Sriwijaya Sebagai kerajaan besar yang menganut agama Budha, di Sriwijaya telah berkembang iklim yang kondusif untuk mengembangkan agama Budha tersebut.

Kerajaan Sriwijiya memiliki peninggalan bersejarah berupa prasasti-prasasti. Lantas, apa sajakah itu? Kamu bisa mendapatkan informasi lengkapnya berikut kerajaan maritim tersebesar di nusantara, sudah tentu Kerajaan Sriwijaya memiliki banyak sekali peninggalan-peninggalan. Nah, pada artikel kali ini yang akan dibahas adalah mengenai prasasti prasasti-prasasti ini yang mengandung nilai sejarah ini tentu saja sangat penting. Karena dari sini, para arkeolog dan sejarawan bisa mendapatkan informasi mengenai eksistensi atau keberadaan Kerajaan Sriwijaya di masa sepertinya kamu sudah tidak sabar ingin segara menyimak informasi lengkap mengenai prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan isinya, kan? Kalau begitu, kamu bisa cek ulasannya di bawah ini. Selamat membaca! Informasi mengenai prasasti bersejarah peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya bisa kamu simak berikut ini 1. Prasasti Kedukan Bukit Sumber Wikimedia Commons Benda sejarah peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berbentuk batu kecil yang memiliki ukuran sekitar 45 x 80 cm. Prasasti tersebut ditemukan oleh M. Bateburg pada tahun 1920. Lokasi penemuannya adalah di tepi Sungai Tatang yang berada di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan. Sekarang, benda tersebut tersimpan rapi di Museum Nasional Indonesia. Prasasti Kedukan Bukit ditulis menggunakan huruf Pallawa dan dibuat sekitar tahun 683 Masehi. Isinya adalah mengenai dari mana asal Dapunta Hyang sang pendiri Kerajaan Sriwijaya dan juga usahanya untuk mendirikan kerajaan tersebut dengan membawa pasukan. 2. Prasasti Ligor Sumber Kebudayaan Kemdikbud Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah Prasasti Ligor. Benda bersejarah tersebut ditemukan di luar wilayah negara Indonesia, tepatnya berada di Ligor, Semenanjung Melayu, Thailand bagian selatan. Pada awalnya, penemuan tersebut membuktikan bahwa Kerajaan Sriwijaya berhasil menaklukkan wilayah Thailand. Namun sebenarnya, prasasti ini menceritakan tentang persahabatan antar dua negara yang sudah terjadi dari awal tahun 775 Masehi. Raja Sriwijaya pada saat itu membangun sebuah tempat suci untuk sebagai tanda persahabatan untuk pemimpin Ligor. Nama tempat tersebut adalah Trisamaya Caitya. Hubungan yang terjalin antara dua kerajaan tersebut dari tahun ke tahun tetap terjalin dengan baik. Bahkan beberapa puluh tahun kemudian, Raja Balaputradewa datang ke sana sebagai peringatan persahabatan tersebut. Prasasti ini berukuan 45 x 80 cm dan memiliki tulisan di kedua sisinya, yang kemudian disebut Ligor A dan Ligor B. Kedua sisi tersebut ditulis pada waktu yang berbeda. Pada bagian A isinya adalah pendirian Trisamaya Caitya. Sementara itu, pada bagian B berisikan tentang Sri Maharaja yang memiliki penampilan seperti Wisnu. 3. Prasasti Kota Kapur Sumber Detik Selanjutnya adalah Prasasti Kota Kapur yang ditemukan oleh Van Der Meulen pada bulan Desember tahun 1892. Lokasi penemuannya adalah di Pulau Bangka. Benda tersebut ditemukan di lokasi bersama dengan sisa-sisa runtuhan candi. Prasasti yang terbuat dari batu ini memiliki bentuk seperti obelisk dan seluruh bagian sisinya tertutup oleh tulisan. Tulisannya sendiri ditulis dalam huruf Pallawa dan memakai bahasa Melayu Kuno. Adapun isi dari Prasasti Batu Kapur adalah mengenai Pulau Bangka yang sudah ditundukkan oleh Sriwijaya. Di situ, juga tertulis mengenai akibat-akibat yang akan terjadi jika orang-orang ingin memberontak terhadap kerajaan. Salah satunya adalah seluruh anggota keluarganya akan mendapatkan hukuman. Tak hanya bagi yang memberontak, oran-orang yang melakukan kejahatan dan mengganggu ketentraman orang lain juga akan mendapatkan kutukan. Maka dari itu, tidak mengherankan jika Prasasti Kapur disebut-sebut sebagai salah satu prasasti kutukan dari Kerajaan Sriwijaya. Namun berita baiknya, isi dari benda peninggalan tersebut hanya seputar karma atau kutukan buruk saja. Untuk orang-orang yang setia, patuh, dan suka berbuat baik maka akan didoakan mendapatkan anugerah yang berlimpah. 4. Prasasti Talang Tuo Sumber Wikimedia Commons Di urutan keempat, ada Prasasti Talang Tuo. Benda tersebut ditemukan oleh Westenenk pada tahun 1920 di kaki bukit Seguntang, tepatnya di bagian utara Sungai Musi. Prasasti peninggalan bersejarah Kerajaan Sriwijaya ini ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa dan memiliki ukuran sekitar 50 x 80 cm. Pada benda tersebut tertulis tanggal pembuatannya, yaitu 606 Saka atau 23 Maret tahun 684 Masehi. Isi dari prasasti tersebut adalah mengenai pembangunan Taman Sriksetra oleh Sri Jayanasa. Taman tersebut ditanami berbagai macam tumbuhan yang bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh rakyatnya. Dan juga, raja berharap kalau taman itu tidak hanya berguna untuk manusia saja, tapi semua makhluk lainnya. Selain itu, Prasasti Talang Tuo juga berisikan harapan untuk orang-orang baik semoga mendapatkan karma yang baik pula. Tak hanya itu saja, semoga mereka selalu hidup damai. 5. Prasasti Telaga Batu Sumber Wikimedia Commons Sama seperti namanya, prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di desa Telaga Batu, Kelurahan 2 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, Sumatra Selatan pada tahun 1935. Tingginya yaitu sekitar 118 cm dengan lebar 148 cm. Sayangnya, pada prasasti tersebut tidak ada keterangan mengenai tanggal pembuatannya. Hanya saja, para ahli sejarah memperkirakan kalau benda peninggalan tersebut dibuat sekitar tahun 608 M. Berbeda dari yang sebelum-sebelumnya, prasasti ini mempunyai bentuk yang unik, yaitu terdapat tujuh kepala kobra yang pipih pada bagian atasnya. Sementara itu, pada bagian bawahnya ada sebuah celah untuk mengalirkan air yang menyerupai yoni. Prasasti tersebut ditulis dalam akasara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Tulisannya terdiri dari 28 baris yang berisi tentang kutukan terhadap orang-orang yang memberontak dan melakukan kejahatan di wilayah Kerajaan Sriwijaya. Di dalam prasasti tersebut disebutkan dengan jelas mengenai profesi orang-orang yang akan mendapatkan hukuman jika memberontak. Contohnya adalah putra raja, para menteri, bupati, bangsawan, para panglima, dan masih banyak lagi. 6. Prasasti Palas Pasemah Sumber yukpigi Salah satu bukti eksistensi Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di Sungai Pisang yang letaknya di sebuah desa bernama Palas Pasemah, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Sama seperti prasasti lain yang telah disebutkan sebelumnya, Palas Pasemah juga ditulis menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Benda yang ditemukan kembali sekitar tahun 1956 tersebut terbuat dari batu ini berbentuk bulat yang cenderung lonjong. Tingginya sekitar 64 cm, tebalnya 20 cm, dan lebarnya 75 cm. Prasasti tersebut diperkirakan ditulis sekitar akhir abad ke-7. Tulisannya terdiri dari 13 baris, hanya saja ada dua baris yang telah hilang. Maka dari itu, maknanya agak sulit untuk dipahami. Namun secara garis besar, isi dari prasasti tersebut juga mengenai kutukan terhadap orang-orang yang menentang yang tidak mau tunduk terhadap raja. Akibatnya tidak hanya dirasakan oleh orang tersebut, tetapi juga semua keturunannya. Sejak ditemukan hingga sekarang, Prasasti Palas Pasemah ini tidak berpindah dari tempat ditemukannya. Benda ini juga dirawat dengan baik. 7. Prasasti Hujung Langit Sumber anangpaser Benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang juga disebut Prasasti Bawang ini ditulis pada tahun 997 Masehi. Lokasi ditemukannya berada di Kampung Harakuning, desa Hanakau, Kecamatan Sukau, Lampung Barat. Setelah ditemukan, prasasti tersebut pernah dikunjungi oleh ahli sejarah dari Dinas Purbakala Belanda, yaitu Dr. de Casparis. Prasasti Hujung Langit terbuat dari batu yang memiliki bentuk memanjang dengan ujung yang agak mengerucut. Tingginya sekitar 162 cm dengan lebar 60 cm. Di dalam batu tersebut terdapat sebuah goresan pisau belati yang menghadap ke timu. Tulisannya ditulis menggunakan huruf Pallawa dan berjumlah 18 baris. Isinya adalah tentang penetapan sebuah hutan di wilayah Hujunglangit sebagai sima pemeliharaan bangunan suci. Penetapan tersebut sepertinya berkaitan dengan keberhasilan Sriwijaya yang dapat menghalau serangan Kerajaan Jawa di daerah Lampung. 8. Prasasti Karang Brahi Sumber Kebudayaan Kemdikbud Prasasti dari Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah yang diberi nama Karang Brahi. Lokasinya berada di Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Brahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Peninggalan tersebut ditemukan oleh seorang Belandan yang bernama L. Berkhout pada tahun 1904. Setelah itu, diteliti oleh Krom. Dari penelitian inilah diketahui kalau prasasti tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Satu-satunya prasasti yang ditemukan di Jambi ini terbuat dari batu dengan tinggi sekitar 5,26 meter dengan lebar 1,96 meter. Sayangnya, bentuknya sudah tidak utuh lagi karena bagian bawahnya telah patah. Benda peninggalan Sriwijaya tersebut diperkirakan ditulis sekitar tahun 680 Masehi. Isinya hampir sama dengan Prasasti Telaga Batu yang berisikan kutukan terhadap orang-orang yang berniat memberontak terhadap kerajaan. Sepertinya, prasasti ini memiliki kaitan dengan perluasan wilayah supaya orang-orang di wilayah yang ditaklukkan tunduk terhadap penguasa yang baru. 9. Prasasti Leiden Bukti eksistensi Kerajan Sriwijaya terakhir yang bisa kamu temukan pada artikel ini adalah Prasasti Leiden. Berbeda dari prasasti-prasasti di atas yang terbuat dari batu, benda yang satu ini terbuat dari lempengan tembaga. Prasasti tersebut dibuat sekitar tahun 1005 dengan menggunakan bahasa Tamil dan Sanskerta. Tulisannya berjumlah 19 baris yang menceritakan tentang hubungan antara Dinasti Sailendra yang pernah memerintah Sriwijaya dengan Dinasti Chola asal selatan India. Saat ini, keberadaan prasasti tersebut tidak ada di Indonesia. Melainkan seperti namanya, benda tersebut berada di Leiden, Belanda. Sudah Puas Membaca Informasi Lengkap tentang Prasati Peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Atas? Itulah tadi ulasan mengenai prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang bisa kamu baca di PosKata. Semoga saja informasinya berguna untukmu. Nah, kalau kamu masing ingin membaca fakta mengenai kerajaan ini, langsung saja simak artikel lainnya, ya! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar. .
  • 88qjynx1j8.pages.dev/197
  • 88qjynx1j8.pages.dev/250
  • 88qjynx1j8.pages.dev/34
  • 88qjynx1j8.pages.dev/351
  • 88qjynx1j8.pages.dev/256
  • 88qjynx1j8.pages.dev/9
  • 88qjynx1j8.pages.dev/153
  • 88qjynx1j8.pages.dev/308
  • 88qjynx1j8.pages.dev/211
  • berita tentang penaklukan jambi oleh sriwijaya tertulis dalam prasasti